Kamis, 15 Mei 2008

Orgasme Akademik?

by. Meth Rachmat

Tidak terasa kita telah memasuki tahapan akhir pada studi strata dua di program MSi UGM. Questions mark yang mungkin ada dalam benak kita semua adalah "apa yang telah kita peroleh?" ... ilmu? mungkin, sahabat? pasti, .. tapi lebih dari itu, apakah telah terjadi perubahan DNA pada diri kita? apakah susunan GEN dalam diri kita telah berubah? mengacu pada definisi pendidikan yang diajukan oleh Che Guevarra, bahwa pendidikan adalah proses pembebasan diri dari pembodohan. mungkin kita telah bebas dari kebodohan, namun apakah itu cukup? apakah pendidikan yang kita peroleh sekarang malah membuat kita terperangkap dalam sebuah kebodohan baru? lalu apakah kita sudah dibekali dengan tools untuk menyelesaikan masalah-masalah ini? kita memang memperoleh ilmu yang lebih dari cukup, namun, jangan-jangan ilmu yang kita peroleh hanya sebatas mampu menyelesaikan SOAL UJIAN, dan bukannya mampu menyelesaikan MASALAH riil!... mari kita renungkan segala proses yang telah terjadi ... GURU saya mengungkapkan bahwa proses pendidikan yang terjadi di sini seharusnya mampu memperbaiki ataupun mengubah DNA kita menjadi lebih baik. GURU saya mengingatkan mengenai konsep KAIZEN, sebuah konsep dari Jepang mengenai Quality Improvement. secara sederhana, prinsip KAIZEN adalah meninggalkan hal yang tidak baik, mempertahankan hal yang baik, dan memperbaiki secara terus-menerus. proses pendidikan yang ideal adalah proses yang mampu 'memaksa' si terdidik akan terjadinya hal ini.

Anda mungkin tidak setuju, namun ingat, ini bukan sebuah alasan, melainkan sebuah fakta dan realita di depan mata! ... apa yang terjadi? kita tidak pernah menemukan apa yang disebut oleh GURU saya sebagai "orgasme akademik". sedikit terdengar lucu, namun frasa ini saya gunakan untuk mewakili perasaan ketika mata kita terbuka oleh ilmu pengetahuan, dengan sangat lembut, sahabat saya menggunakan kata yang lebih 'sopan', ZEAL, walaupun sepintas artinya mirip antusiasme.

Mungkin yang anda rasakan hanya sekedar sebuah antusiasme sesaat, mungkin sebuah euphoria, hanya itu yang anda peroleh... tidak lebih... ketika dalam proses pendidikan, mampu menghasilkan 'orgasme akademik', maka tidak dapat dipungkiri lagi, kita akan semakin kecanduan (addictive) dengan ilmu pengetahuan itu.

sekarang hati anda yang harus bicara, apakah anda memperoleh Orgasme Akademik ataukah hanya sekedar sebuah euphoria.

sekarang kita harus jujur pada diri kita sendiri, apakah kita adalah mahasiswa yang CERDAS dalam menyelesaikan SOAL, ataukah CERDAS dalam menyelesaikan MASALAH....

4 komentar:

SistemInformasi et al mengatakan...

saya masih ingat teori X dan Y. walaupun ini kaitannya dengan gaya kepemimpinan, namun sedikit banyaknya ini memang mencerminkan gaya seseorang itu dalam bekerja. saya sadari bahwa kita itu memang kadang-kadang mau di paksa, tetapi kadang-kdang saya nggak mau di paksa. nah dalam orgasme akademik saudara nyatakan ada suatu kondisi "paksaan". apakah ini relevan dengan seseorang yang kalau saya analogikan sama dengan teori x atau y dari mc Gregor (maaf, Pak Hani bilang teori ini hanya gaya kepemimpinan, bukan perilaku seseorang,...tapi ya itu tadi)?
wasslam
alfitman

Rachmat mengatakan...

cperlu saya koreksi, pertama, saya tidak menguunakan kata 'paksaan', tetapi 'memaksa'. anda mungkin dapat mengaitkan dengan teori apapun itu, entah X dan Y, ataupun TRA atau TPB yang sangat terkenal itu, namun frasa 'paksaan' dalam kalimat diatas bermakna bahwa mengubah DNA si terdidik adalah dengan membuka mata hatinya (baca: attitude toward behaviour) sesadar-sadarnya, bahwa pendidikan adalah dimaksudkan tidak sekedar untuk membebaskan diri dari kebodohan, namun lebih jauh mampu menjauhkan diri (ataupun tindakan prefenif lainnya) dari PEMBODOHAN. frasa "PAKSAAN" dalam hal ini bisa juga berarti sebuah 'pemaksaan' dalam arti sesungguhnya secara sistematis dalam mengubah DNA seseorang. perlu dijelaskan pula bahwa frasa "DNA" yang saya gunakan dalam tulisan iniadalah dalam lingkup pendidikan. DNA meliputi proses kognitif, afektif maupun konatif. atau dalam bahasa yang lebih 'kasar', adalah proses pencucian otak dalam intensitas sedang.
semoga bermanfaat

Rachmat mengatakan...

perlu saya koreksi, pertama, saya tidak mengunakan kata 'paksaan', tetapi 'memaksa'. anda mungkin dapat mengaitkan dengan teori apapun itu, entah X dan Y, ataupun TRA atau TPB yang sangat terkenal itu, namun frasa 'memaksa' dalam kalimat diatas bermakna bahwa mengubah DNA si terdidik adalah dengan membuka mata hatinya (baca: attitude toward behaviour) sesadar-sadarnya, bahwa pendidikan adalah dimaksudkan tidak sekedar untuk membebaskan diri dari kebodohan, namun lebih jauh mampu menjauhkan diri (ataupun tindakan prevenif lainnya) dari PEMBODOHAN. frasa "MEMAKSA" dalam hal ini bisa juga berarti sebuah 'pemaksaan' dalam arti sesungguhnya secara sistematis dalam mengubah DNA seseorang. perlu dijelaskan pula bahwa frasa "DNA" yang saya gunakan dalam tulisan iniadalah dalam lingkup pendidikan. DNA meliputi proses kognitif, afektif maupun konatif. atau dalam bahasa yang lebih 'kasar', adalah proses pencucian otak dalam intensitas sedang.
semoga bermanfaat

SistemInformasi et al mengatakan...

saya kira masalahnya bukan pada level sikap. saya ingin mengatakan bahwa dalam hal sikap, pasti semua orang bersikap sama...tapi apakah dengan sikap yang sama berarti kita akan dihadapkan pada hasil yang sama? itu kalo pada level sikap...
jadi menurut saya...hal ini lebih dari sekedar sikap, tapi yang terpenting adalah tindakan. bagaimana membuka hatinya dengan tindakan...

wassalam

alfitman